Samarinda – PT Insani Baraperkasa (IBP) meraih tiga penghargaan bergengsi dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada ajang Kaltim 2025. Acara penghargaan tersebut diselenggarakan di Plenary Hall GOR Kadrie Oening, Selasa, 11 November, dan penghargaan secara langsung diserahkan oleh Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, kepada Kepala Teknik Tambang PT IBP, Saprianto.
PT IBP berhasil mencatatkan prestasi sebagai perusahaan dengan zero accident selama 43.321.291 jam kerja. Selain itu, perusahaan memperoleh predikat platinum pada dua kategori program penting, yaitu pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja serta program penanggulangan tuberculosis.
Saprianto menyampaikan apresiasi atas penghargaan yang diterima. Ia menegaskan bahwa pengakuan ini bukan hanya keberhasilan perusahaan, melainkan hasil kerja keras dan komitmen seluruh tim dalam menerapkan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja. Penghargaan ini diharapkan menjadi pemicu untuk terus berinovasi serta menjaga standar lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produktif.
Kunci keberhasilan PT IBP menurut Saprianto adalah komitmen kuat terhadap K3, pelaksanaan program yang sistematis dan terukur, partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan, serta inovasi dan penyuluhan berkelanjutan. Ia menegaskan komitmen perusahaan untuk mempertahankan dan meningkatkan standar K3 serta menjaga zero accident di lingkungan kerja ke depan.
Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, memberikan apresiasi tinggi kepada PT IBP dan seluruh perusahaan di Kaltim yang konsisten menjadikan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai prioritas utama dalam operasional bisnis mereka. Menurutnya, keberhasilan perusahaan harus diukur tidak hanya dari aspek bisnis tetapi juga dari upaya melindungi kesejahteraan pekerja.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kaltim, Rozani Erawadi, menambahkan bahwa budaya K3 harus melampaui sekadar pemenuhan regulasi. K3 perlu menjadi kebiasaan yang melekat dalam setiap aktivitas kerja sebagai aset strategis bagi keberlangsungan bisnis. Budaya keselamatan dan kesehatan ini harus dijalankan secara konsisten oleh seluruh lapisan organisasi, mulai dari direksi, manajemen HSE, hingga pekerja di lapangan.









